Telah lama ku terbayang memilikimu
Atas nama yang syahdu
Ku perkenalkan diriku
Karna ku selalu menunggumu di persimpangan
Ku akui merahmu yang mempesona
Tak ada mata yang dapat berbohong
Jika kau mawar yang jelita
Hingga mereka bermimpi memetikmu
Entahlah,
Setiap sepertiga malam ku termenung
Melihat semua yang telah terjadi kemarin
Akankah kembali terulang?
Seakan ku menyesal
Kau diam membisu
Bukan berarti tak ada kata tuk memulai
Oh indahnya kau saat menatap
Tapi ku tau ada sesuatu yang tersembunyi
Kau menatapnya tajam
Seolah memikirkan apa yang ia pikirkan
Tanpa ragu kau berjalan
Di sebuah jalanan basah dan licin
Mari ku ceritakan
Setangkai mawar merah
Yang mungkin juga kau tak percaya
Ia tetap merah ketika bersedih
Namun ku membatin
Namun ku sesalkan
Mengapa harus diriku
Yang juga merasakan warna itu
Terkadang aku tersesat karnanya
Bahkan saat badai tak disekitar
Seperti,
Segelas kopi beracun
Sedang bermain di tubuhku
Saat mentari kembali bercerita
Setelah lama menghilang dalam kegelapan
Ku yakin ia tak berbohong
Pada teman-temannya
Terkadang ku mendengar umpatan
Untuk si mawar jelita
Ku tau mereka berdusta
Namun pada sisi dalam mereka pun tak kuasa
Melihat merahnya
Kemudian sang bayangan menghampiri tubuhnya
Memberikan warna hitam
Aku seharusnya tau jika sedang menjebak diriku
Tapi ia memperlihatkan sisi lemahnya
Ku tak sanggup menggenggam si mawar
Dengan segala kemewahannya
Lalu kemarau dan badai silih berganti
Ia terduduk lesu tak berdaya
Melihat seolah semuanya telah berakhir
Tapi kakinya tak ingin menyerah
Melangkah dan berlalu sejauh mungkin
Telah kusiapkan sejuta kata tuk ku bercerita
Jika si mawar itu benar adanya
Ia mempesona setiap yang dilewatinya
Karna matanya yang tajam itu sungguh indah
Hitam dan putih di sekitar
Tapi ia memilih merah
Dari setiap deritanya yang lalu
Lihatlah dengan jelas
Seseorang yang dahulu berdusta
Akan megahnya sinar merah itu
Kini telah menulis kisahnya
Comments
Post a Comment