Jum’at malam adalah malam dimana ia akan bersiap menuju sebuah kota. Saat itu malam dihiasi oleh hujan yang sangat lebat, namun tak menutupi senyuman pria itu. Andrea, adalah namanya. Pria sederhana ini tinggal di sebuah kota kecil bernama “Kebon.” Ia dikenal sebagai pria yang menyenangkan, karena terkadang ia membuat sesuatu lelucon untuk menghibur orang-orang disekitar walaupun ia terlihat sedikit pendiam. Di kota itu, ia bekerja sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Banyak anak-anak yang menyukai sikap pria ini. Di sekolah ini pula ia bertemu dengan seorang wanita idaman. Walaupun ada banyak wanita lain di luar sana yang mengagumi sosoknya, namun hanya wanita ini yang sering ia pikirkan.
Wanita itu bernama Putri. Ia wanita yang berasal dari kota “Damai”. Ia juga seorang guru yang sama seperti Andrea. Putri mendapat tugas untuk mengajar di sekolah yang sama dengan pria itu.
Andrea merasa dirinya luar biasa saat bersama wanita itu. Putri sering membantu Andrea untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya yang rumit. Lelaki ini sedang melanjutkan program sarjana kedua dan sekaligus mengajar. Itu yang membuat Andrea merasa nyaman.
Hari demi hari hubungan mereka semakin dekat. Tak jarang mereka saling bertukar cerita, bercanda, dan tertawa bersama. Putri merasa semakin nyaman dengan Andrea, dan akhirnya mereka menjadi sahabat dekat. Tak jarang pula Putri menceritakan masalah-masalah yang ia alami. Ia merasa telah memiliki teman yang sangat baik dalam hidupnya, seorang pria sederhana yang selalu hadir dalam hidupnya memberikan kesan bahagia dalam hatinya.
Seiring berjalannya waktu, dan hubungan mereka yang semakin erat membuat Andrea berpikir. Apakah ini saatnya? Sudah tibakah waktu itu? Waktu yang sudah lama ia tunggu untuk memulainya. Pada awalnya ia bingung apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia memilih untuk menceritakannya terlebih dahulu kepada orang tuanya. Kedua orang tua Andrea mendukung apa yang ingin ia lakukan. Namun, Andrea berpikir ada baiknya ia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu walaupun kedua orang tuanya telah memberinya lampu hijau.
Suatu hari, Andrea mengatakan sesuatu yang membuat putri terkejut. Ia mengungkapkan isi hatinya kepada Putri. Putri tak tahu harus berbuat apa. Namun ia juga senang mendengarnya. Tetapi untuk hidup bersama lelaki ini mengatakan tidak secepat ini. Ia harus menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Putri menyadari hal itu dan ia mendukung apa yang dilakukan oleh Andrea. Wanita ini berjanji akan menunggu Andrea sampai waktunya tiba. Andrea juga melakukan hal yang sama, ia berjanji akan berjuang sekeras mungkin sehingga waktu itu tiba lebih cepat dari yang diharapkan.
Hari demi hari mereka jalani dan suatu hari mereka harus melaluinya dengan berat. Putri yang bertugas mengajar di situ harus kembali ke kampung halamannya. Tugasnya mengajar di kota itu sudah selesai dan ia akan melanjutkannya di kotanya sendiri, Kota Damai. Meskipun sulit untuk menerima kenyataan ini, Andrea tetap menguatkan dirinya. Saat itu, mereka saling bertukar janji. Andrea berjanji akan menjumpai Putri kembali dan wanita itu memegang janji itu seraya mengatakan ia akan selalu menunggu kedatangan pria idamannya itu. Baginya, Andrea seorang lelaki yang luar biasa. Ia akan menunggu kedatangan pria itu. Ia percaya dengan janji-janjinya.
Setahun sudah waktu berjalan. Setahun pula Andrea tidak bertemu dengan Putri . Namun, mereka tetap memberikan informasi melalui telepon genggam. Andrea telah menyelesaikan kuliahnya. Ia begitu bahagia dan tak percaya bahwa ia telah melakukan semua ini dengan perjuangannya sendiri.
Hari itu, ia segera menghubungi Putri dan memberi kabar bahwa ia telah menyelesaikan satu tahap dari janjinya itu. Putri sangat senang mendengarnya. Ia begitu bangga terhadap Andrea atas semangat yang ia tunjukkan selama ini. Sikap pantang menyerahnya membuat wanita ini menjadi lebih mencintai Andrea. Pria ini mengatakan akan secepatnya menemui Putri di Kota Damai. Putri pun menanti kedatangan pria itu.
***
Malam itu memang sangat dingin. Andrea telah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa untuk menemui Putri. Sebelum itu, ia menulis sebuah surat untuk wanita idamannya itu. Ia ingin membuat sebuah kejutan untuk Putri. Surat itu akan ia berikan saat waktunya tiba.
Keesokan harinya, ia pamit kepada kedua orang tuanya dan bersiap berangkat menemui Putri. “Berkatalah yang sopan terhadap keluarga mereka anakku, mereka pasti akan membalasnya dengan cara yang baik pula.” Kata ayah Andrea kepadanya.
“Jagalah dirimu, nak. Tetap berhati-hati di jalan. Titipkan salam ayah dan ibu kepada keluarga Putri.” Kata ibunya.
Andrea menganggukkan kepalanya seraya berkata, “ Pasti ibu. Aku akan merindukan ibu dan ayah. Setelah aku berbicara dengan keluarga Putri, aku akan segera mengabari ibu dan ayah. Tunggulah sampai aku pulang. Aku pasti kembali.” Ibu Andrea pun menangis terharu dengan perkataan sang anak,
Setelah itu, Andrea memeluk hangat kedua orang tuanya dan menyalaminya. Hari ini hari yang sangat berarti baginya dan kedua orang tuanya. Ia pun berangkat dengan penuh semangat dengan menumpangi sebuah bus.
Ia tiba di kota itu saat hari mulai gelap. Selanjutnya ia memutuskan untuk menaiki kendaraan umum menuju kediaman Putri. Saat ia sedang menunggu, ia melihat dua pria bertubuh besar dan memiliki tato pada lengannya. Mereka sedang berusaha mengambil telepon genggam milik seorang wanita tua. Saat itu jalanan sepi dan hujan. Andrea berlari dan mencoba menolong wanita tua itu.
Melihat Andrea yang kesulitan mencegah kedua pria tersebut, wanita tua itu pun menjerit dan meminta tolong. Namun tak seorangpun yang datang untuk menolong. Andrea terus berusaha melawan mereka. Tetapi usahanya untuk melakukan kebaikan pupus ketika salah seorang preman ini mengeluarkan pisau dan menikam Andrea di perutnya. Ia berlutut dengan darah terus mangucur keluar dari perutnya. Andrea tak kuasa menahan sakitnya. Nasib pria malang ini berakhir saat preman itu menembak Andrea. Pria sederhana ini pun tersungkur di jalan namun masih berusaha untuk bertahan. Sedangkan kedua preman itu langsung melarikan diri.
Setelah itu tiba-tiba sebuah mobil datang dan membawa Andrea yang sudah sekarat ke rumah sakit. Namun sepertinya terlambat. Nyawa pria itu tak terselamatkan. Ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Kedua orang tua Andrea yang mengetahui kejadian ini seakan tak percaya. Anak tunggal mereka telah tiada. Sang ibu menangis histeris dan jatuh pingsan. Sedangkan sang ayah tak tahu harus berbuat apa. Ia ingin menemui anaknya di seberang kota sana. Ia tak percaya, ia yakin jika sang anak baik-baik saja di sana.
Malam itu juga sang ayah berangkat dan menemui sang anak yang telah pergi untuk selamanya. “Anakku….” Jerit ayahnya, ia mencoba membangunkan Andrea.
Putri yang saat itu sudah bersiap-siap menyambut kedatangan Andrea tiba-tiba memiliki firasat buruk. Tak lama kemudian ia mendapat kabar dari seseorang melalui telepon genggam bahwa Andrea telah meninggal dunia. Seakan tak percaya dan menganggapnya dengan omong kosong. Setelah berulang kali mendapat penjelasan, ia memutuskan pergi ke rumah sakit dan melihat Andrea sudah tak bernyawa. Air mata wanita ini membasahi pipinya. Ia menangis dan menjerit sejadi-jadinya.
“Andrea bangun, Andrea bangun. Putri di sini. Andrea….” Namun tetap saja Andrea tak membuka matanya. Ia takkan pernah membuka matanya lagi, ia takkan pernah karena ia sudah tiada. Putri jatuh pingsan dan para perawat membawanya ke sebuah ruang perawatan.
Keesokan harinya, jenazah Andrea di kebumikan di kampung halamannya, kota Kebon. Keluarga, teman, anak-anak murid serta Putri menangisi kepergian Andrea. Pria sederhana yang dikenal sebagai seorang humoris ini telah pergi untuk selama-lamanya. Mereka telah ditinggal oleh orang yang sangat baik.
Setelah orang-orang meninggalkan makam Andrea termasuk orang tuanya, Putri masih berada di sana. Ia mengingat masa-masa saat mereka masih bersama. Canda tawa, saling bertukar cerita serta janji-janji mereka semuanya lenyap.
“ Andrea, kamu lelaki terhebat yang pernah kutemui. Kamu berjuang dengan sekuat tenaga demi aku. Kamu orang yang tak pernah menyerah.” Setelah itu ia meninggalkan makam Andrea.
Setelah kepergian Andrea, Putri seperti kehilangan semangat hidup. Ia mencoba bangkit walaupun terasa suli baginya. Kenangan bersama Andrea masih membekas di hatinya.
Suatu hari, Ibu Andrea berada di kamar sang anaknya itu. Dengan berlinang air mata, ia membuka sebuah laci dan menemukan secarik kertas yang tak lain adalah sebuah surat yang dituliskan oleh Andrea untuk Putri pada malam sebelum ia berangkat. Sang ibu langsung menghubungi Putri dan memberikannya kepada wanita itu.
“Putri, ibu tahu kamu masih sedih, ibu kira kamu boleh membacanya setelah keadaan kamu lebih baik.” Kata ibu pria itu.
Putri mengambil surat itu dan tidak terburu-buru untuk membacanya. Ia mengira lebih baik untuk membacanya ketika ia telah sampai di rumah. Setelah duduk dan berbincang-bincang, ia melangkahkan kakinya kembali. Dan sesampainya di rumah, ia pun membacanya,
“Putri, segala hal yang aku lakukan selama ini adalah untuk membahagiakanmu. Sejak pertama kali aku bertemu dan memandang matamu, sesuatu terjadi padaku. Aku merasakannya, itu adalah cinta. Setiap canda tawa yang kau berikan padaku aku merasa sangat nyaman bersamamu. Putri, Cinta ini murni dari lubuk hatiku. Dan aku akan memperjuangkannya dengan caraku sendiri hanya untukmu. Aku tak pernah berbohong tentang itu. Aku akan berjuang sekeras mungkin. Putri, terlalu banyak janji yang telah ku ucapkan, aku takut jika suatu saat janji-janjiku ini tak bisa ku tepati. Maka aku akan berjalan cepat untuk menghampirimu yang sudah lama menunggu. Putri, terima kasih karena kau telah memberikan kepercayaan kepadaku, maka aku takkan pernah menyerah untuk terus berjalan. Seandainya ada janjiku yang belum kupenuhi, maka ingatkan aku akan itu. Aku takut, jangan biarkan aku berjalan sendiri setelah aku berhasil mendapatkanmu. Akan kujaga kepercayaanmu terhadapku. Tunggulah kedatanganku, kita akan berjalan bersama, melalui hari bersama. Ada banyak hal yang aku rindukan darimu, tapi mungkin hanya satu yang membuatku sangat merindukanmu, yaitu senyumanmu. Tetaplah tersenyum.”
Putri pun menangis, ia tak kuasa menahan air matanya. Ia terjatuh dalam balutan kesedihan. “Aku juga mencintaimu, Andrea. Tak ada yang meragukan itu.” Kata Putri sambil menangis.
Tepat lima bulan sudah kepergian Andrea, namun Putri tetap tak bisa menghilangkan rasa sedihnya terhadap kepergian kekasihnya itu. Jika ia di berikan kesempatan sekali lagi saja untuk bertemu dengan Andrea, ia akan memeluknya dengan erat sambil berkata “jangan pergi meninggalkan aku lagi.” Namun itu sesuatu yang mustahil.
Pada malam hari, ia memutuskan untuk berjalan di sebuah tempat. Ia berharap dapat menemukan sesuatu yang membuatnya lebih baik di sana. Namun segala cara yang ia coba seakan tidak membuatnya membaik. Ia pun kembali ke rumahnya, memasuki kamar dan memejamkan matanya untuk menghilangkan bebannya.
Keesokan harinya, sang ibu mengetuk pintu kamarnya. Namun putri tak membukakan pintunya.
Hingga saat petang tiba putri masih juga belum keluar dari kamarnya. Sang ibu kembali mengetuk pintu kamar itu namun tetap tak ada jawaban. Dengan wajah cemas ia memanggil suaminya dan bertanya di mana Putri berada. Sang ayah mecoba membuka pintu kamar itu namun terkunci. Ia pun mendobrak pintu itu dan betapa terkejutnya mereka saat melihat putri bunuh diri. Ia menggantung dirinya.
“Tidak. Putri….” Jerit sang ibu. Semua senyuman dan canda tawa lenyap dengan cepat.
Kisah cinta mereka memang tak pernah bisa tercapai. Tuhan telah berkehendak lain maka segalanya dengan cepat akan terjadi. Putri yang sehari-harinya penuh dengan keceriaan tiba-tiba menjadi sangat terpuruk dengan kepergian Andrea. Walaupun seharusnya Putri dapat memilih untuk melanjutkan hidupnya dan keluar dari segala masalah yang ada. Karena setiap kehidupan yang dijalani akan selalu ada permasalahan. Dan masalah-masalah itu hadir untuk diselesaikan. Dan karena kita tidak pernah bisa lari dari segala masalah yang ada. Karena Tuhan selalu melihat setiap usaha yang kita lalui. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita.
Andrea dan Putri, cinta yang berakhir memilukan. Mereka telah melakukan yang terbaik walau harus berakhir dengan air mata.
“Andrea, aku tahu jika kau bersungguh-sungguh berjuang demi aku. Kau pria yang hebat. Aku mencintaimu dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tapi, bisakah engkau kembali? Aku membutuhkanmu disini. Aku merasa tidak berguna di sini tanpamu. Kenapa kau begitu cepat pergi meninggalkanku? Bukankah kita telah berjanji bahwa kita akan menjalani hari bersama? Bukankah kita telah berjanji untuk terus bersama sampai akhir hidup ini? Aku akan datang menyusulmu jika kau tak kunjung kembali. Andrea, tunggu aku di alam sana.”
Comments
Post a Comment