Terlihat hitam
Pekat
Ia mulai gelisah dan hampa
Ketika semua kembali berakhir kosong
Setelah itu
Ia berbohong pada dirinya sendiri
Sekuat apapun itu
Yang ia harapkan adalah
Senyumannya dapat kembali
Tidak satu pun yang akan terulang
Semua telah tersimpan
Dalam kenangannya bersama air mata
Sekuat apapun ia
Tetap tersenyum dalam tangisannya
Karena ia tak pernah jujur
Seakan semua terhalang oleh sandiwara
Ketika ia bersamanya di sana
Kenapa?
Duhai pemuda
Ia yang mengutuk dirinya sendiri
Dalam sebuah jeruji harapan
Hingga tak seorang pun tau
Dan tak seorang pun yang mengerti
Saat ia menyadari semuanya telah terlambat
Saat ia cukup mengerti
Jika pintu itu telah tertutup baginya
Jika pintu itu telah tertutup baginya
Lalu apa lagi yang tertinggal?
Sungguh,
Ia telah memulai hari tanpa dirinya sendiri
Terpisah jauh
Dan mulai berjalan sendiri
Di bawah sebuah payung merah
Dengan rintikan hujan yang syahdu
Sungguh senyuman itu yang pernah ia rasakan
Sungguh tatapan bola mata yang bersinar
Hanya terukir dalam kenangan saja
Dahulu,
Ada sebuah kisah
Tentang hitam dan putih
Saat keduanya bersatu
Tertulislah kisah
Tentang senyuman dan canda tawa
Semua hanya satu tujuan
Kemudian berakhir
Tanpa ada sebuah tanda titik hitam
Kusam dan berdebu
Kisah itu telah terlupakan
Hilang di sebuah persimpangan
Lalu siapa yang akan mengambil tintanya?
Melanjutkan semua yang telah terlewati
Sungguh,
Hitam dan putih telah terpisah jauh
Dia antara dua samudra
Hingga ia kembali menemui bayangannya dalam cahaya
Tak ada satu pun yang tau
Ia menyesalkan kebohongannya yang dulu
Namun ia juga tak pernah menemukan sebuah jawaban
Apakah seseorang
Yang telah tersenyum padanya,
Yang bola matanya bersinar,
Juga telah berbohong?
Hingga matahari kembali dari kegelapan
Hingga badai lelah menerjang
Apakah ia harus menemui jawabannya?
Atau tintanya harus bersiap
Untuk mengukir kisah berikutnya?
Namun seharusnya ia tau bahwa
Tak seharusnya ia kembali berandai
Namun seharusnya ia tau bahwa
Tak seharusnya ia kembali berandai
Comments
Post a Comment