Mendengar serius percakapan mereka
Seolah tak ingin tertinggal satu kata pun
Namun semua berawal dari situ
Ia seperti yang diceritakan temanku
Bercahaya dan mempesona
Namun ku tak peduli
Saat itu kebohongan dimulai
Hari berlalu
Seakan ku ingin mengukir cerita baru
Tetap ku tahan
Tak semestinya ia tau
Dari setiap kesempatan
Ku buka lembaran hariku
Di sana ia berdiri
Dengan sebuah buku di tangan
Saat matanya menatap
Bercahaya
Dan aku tak sanggup memandangnya
Saat ia memalingkan wajahnya padaku
Hingga saat itu ku mencari namanya
Mereka mengenalnya mawar
Namun ku tak peduli
Di balik pesonanya mawar itu
Malam pun bercerita
Bulan dan bintang mendengar
Tampak sekilas
Wajahnya terukir di balik kegelapan
Memperlihatkan senyumannya
Entah mengapa
Terkadang diriku terus melangkah padanya
Saat ku ingin sekali memberontak
Tak kuasa
Karna ku sedang berbohong
Hingga kebohongan ini menjadi boomerang
Mencabik-cabik sadis kulitku
Menggoresi luka yang perih
Aku berdarah saat kembali menatapnya setelah ribuan tahun ku berbohong
Kini kami berjalan
Menuju utara dan selatan
Saat ku mencoba menutup kisahku
Tetap mencoba dalam tangisan dan luka
Hingga mentari mencaciku
Bulan membenciku
Bintang dan langit kecewa padaku
Karna ku telah munafik kepada diriku sendiri
Lalu Tuhan memberikan jawabannya
Di tengah sejuknya malam
Ku coba mengetuk pintu langit
"Kau tak terlahir untuk menjadi lemah"
Dan ku yakinkan diriku untuk terus berjalan
Kini waktu terus berlalu
Seiring dengan hal itu
Ku coba untuk tak lagi berbohong
Bahwa sinarnya tetap mempesona diriku
Namun ku tak ingin mengenalnya sebagai mawar
Ku yakin ia juga tak ingin menjadi mawar
Biarkan mereka menunggunya
Tapi ia punya pilihan dan tujuan
Dan sebab itulah ku mengenal namanya
Kini biarkan berlalu
Seiring dengan berjalannya waktu
Mengajarkanku tuk terus kuat
Dari setiap tetesan air mata
Biarkan bayanganku yang menyimpannya
Tentang bagaimana ku mengenalnya sebagai wanita
Tangisan tetap ada
Untuk mengajariku kehidupan sesungguhnya
Ia ada dan masih ada
Di setiap lembaran hari-hariku
Walaupun kenangan telah menjadi abu
Hilang melayang di langit biru
Namun ukirannya masih membekas
Suaranya pun juga terdengar
Tidak lagi wajahnya
Tidak juga senyumannya
Namun caranya menjalani hidup
Terus membekas di balik serpihan kertas-kertas ini
Sebagai warna merahku
Comments
Post a Comment