![]() |
Picture by Intan Fadhilah |
Ketika awan cerah berubah menjadi hitam
Ketika rasa sejuk kian menusuk
Badai terlihat akan menghantam
Kau datang dengan sejuta harapan
Ketika semua terlihat sirna
Ketika semua berlalu sia-sia
Menjerit dalam tangisan
Karna semua harapan terlihat tertutup rapat
Kenangan lama kembali terukir
Aku berjalan melalui sebuah persimpangan
Dengan selalu berdoa dalam hati
Ia yang ku cari kepastiannya
Tak kunjung tiba
Aku mencoba mengobati luka
Namun apa daya
Semua yang ku lakukan hanya kembali menggoresi luka baru
Apa kini kau melihat aku tersungkur lesu?
Di saat hujan terlihat akan membasahiku
Di sana kau datang membawa payung
Melindungiku dari air mata batin
Tapi kenapa?
Kau berlalu
Dengan hari-hari yang penuh warna
Kau lukis kertas putih
Sebagai wujud bahwa kau ada
Menemani hari yang sunyi
Katakan apa yang kau sembunyikan di masa lalu
Katakan apa yang kini ada di balik senyumanmu
Aku tak mengerti kenapa kau begitu tangguh
Untuk dirimu sendiri
Kau menuntunku berjalan
Tak peduli dirimu kini tlah basah kuyup
Katakan kenapa kau tetap melakukannya
Sebagaimana aku yang terus meggoresi luka
Suatu hari
Secangkir kopi hitam bercerita
Dengan penuh makna
Menyimak setiap kata-katanya
Kau datang sebagai seorang sahabat
Yang telah lama ku rindukan
Sejak dulu
Aku terlihat bangkit
Aku terlihat tersenyum
Aku terlihat bersajak
Itu karna dirimu di sini
Aku terlihat hebat
Aku seperti menerjang badai
Itu karna
Kau tak pernah berhenti
Melukis diriku sebagai orang yang pantang menyerah
Walaupun aku tidak bisa
Kini sudah berapa banyak lembaran yang berdebu
Sebagaimana aku yang terus menantikan kehadirannya
Terus dalam harapan yang sia-sia ini
Kau berkata,
"Menggoresi luka tak akan pernah membuatmu hebat. Bangkit dan takklukkan rasa sedihmu, jika kau memang ingin melihat dirimu yang dulu."
Namun hatiku terus memberontak
Tak sanggup pun aku menahannya
Seakan telah terperangkap dalam jeruji besi yang kokoh
Aku seperti berakhir
Di mana-mana ku nantikan jawabannya
Namun kau bersikeras meminta
Lupakan atau kembali terluka
"Biarkan berlalu seiring dengan terbenamnya mentari"
Kau punya sejuta semangat
Dan karna itu kau tetap percaya
Aku dapat melaluinya
Seakan kau bertanya,
"Apa yang terjadi padamu?"
Melihatnya berlalu
Adalah sebuah kepastian
Berlalunya ia dari hadapanku
Adalah sebuah jawaban
Namun sekali lagi,
Hati ini tetap memberontak
Lalu kau pergi menelusuri
Sebuah tempat yang kau kira ada maknanya
Dan kembali dengan seribu bekal
Mereka melihatmu sebagai orang yang menginspirasi
Lalu kau menutup mata
Mulai melukis emosi
Apa-apa saja yang terlintas dalam benakmu
Kau tetap berimajinasi
Karna kau suka
Lalu salahkah aku yang masih tetap terpaku?
Yang terus terjebak dalam emosiku?
Yang terus kalah dari rasa sedih ini?
Yang tak pernah mengerti dengan kata-kata tersirat?
Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi
Dan kau berkata,
"Kau tidaklah terjebak. Hanya, kau yang menjebak dirimu di sana. Ketika kau tau ada sebuah pintu untuk keluar dan bebas, kau masih memilih untuk tetap tinggal."
Mungkin malam terasa lebih sejuk dari biasanya
Mungkin pagi kini terlihat lebih gelap
"Lihatlah baik-baik, dan pahamilah. Kenapa dia memilih untuk terbebas dari terjangan badai"
Lalu, setelah hari-hari berlalu
Kau melihatku berlutut tak berdaya
Dan berteriak dari ujung sana untukku
"Biarkan berlalu, biarkan berlalu. Semua akan berlalu."
Aku pun percaya semua akan berlalu
Dengan kenangannya yang semakin kuat kurasakan
Seolah membunuhku dengan perlahan
Dan perlahan
Lalu sekali lagi
Kau datang memayungiku
Dan ku pandangi kedua bola matamu
Kini ku tau kau tak pernah menyerah untukku
Kini ku sadar
Kau merasakan luka batinku
Dan aku berkata,
"Biarkan aku memilih sebagaimana ia memilih. Untuknya dan untukku adalah sebuah pilihan, dari hati masing-masing. Maka ku ungkapkan apa yang tersembunyi di balik ini, seperti saat ia mengungkapkan tentang kekecewaannya."
Yang tak pernah lagi menebar senyuman
Yang tidak lagi membagi cerita
Memang telah usai, baginya
Tapi terus berlanjut, untukku
Dan kau berkata
"Pada akhirnya, setiap pilihan akan selalu ada resikonya. Dan ku harap kau mengerti dengan segala rasa sakitmu, yang terus menggores hatimu perlahan."
Sebagaimana sebuah buku harian yang telah tertutup dan berdebu
Aku melangkah ke arah yang tak pasti
Menuju ke sebuah bahtera yang mengantarkanku menuju samudra
Yang tiada ujung
Kau berkata,
"Suatu hari kau akan mengerti kenapa. Nanti kau akan temui apa yang kau cari. Semua yang kau nantikan akan mengukir luka. Semua yang kau harapkan mungkin akan sirna. Tapi, pelangi akan selalu hadir di balik badai yang ganas."
Dan ku ucapkan salam perpisahan kepada bayanganku
Yang akan menerjang
Yang akan menangis
Yang terus menjerit
Karena sebuah harapan
Dan aku berkata,
"Bayanganku akan kembali, apapun jawaban yang ia temui di lautan sana. Air mata dan senyuman adalah dua di antaranya. Dia berlayar karna telah memilih, untuk sekali lagi. Untuk yang terakhir kali."
Setelah ku bersyair
Setelah ku ukir kata
Kini hanya doa yang dapat ku lampiaskan
Jika mungkin nantinya
Sang pemilik nama dapat kembali ku temui
Di ujung pantai ini
Kau berkata,
"Maka selama itu pula kau akan terus terluka. Sebagaimana telah memilih, maka lawanlah rasa gelisahmu sambil menanti pelangi di tengah samudra."
Dan ku tutup kisahku bersamanya
Karna kau melukis matahari di tengah badai
Kau warnai hati yang semakin pudar
Karna kau peduli
Maka mereka akan mengingatmu
Sebagai wanita yang terus berlalu
Dalam badai petir yang menghampirimu
Kau melukis duniamu dengan penuh warna
Saat kau merasa bimbang
Dan kau warnai hari-hariku
Sambil memayungiku
Dan menatap bayanganku
"Cepatlah kembali. Karna jiwamu butuh dirimu untuk bangkit."
Saat secangkir kopi ini habis
Saat sebatang rokok ini padam
Ketahuilah
Itulah saat aku memulai kembali
Bersama jiwa dan tubuhku
Dan kau tetap memayungiku
Saat itu pun
Karna kau khawatir akan kenangan lama ku
Kembali terlintas dalam benak
Untuk menghancurkan segalanya lagi
Kau berkata,
"Ukirlah tulisanmu sebagaimana aku yang terus melukis duniaku. Akhiri dengan semestinya sebagai mana aku mewarnai duniaku. Semua akan berlalu."
Dan tentu saja
Semua akan berlalu
Dan saatnya tiba
Saat itu pula kau berhenti memayungiku
Dari kenangan si pemilik nama
Comments
Post a Comment