Dua Sisi Jimmy


Matanya menatap tajam ke depan. Jantungnya berdegup kencang dari biasanya, melihat seseorang berbusana putih dengan topi di kepalanya, berlalu melangkah menjauh darinya. Dan tanpa kehendaknya, air mata melebur membasahi pipi. Kini ia seorang diri yang harus mengarungi hari-hari dengan penuh lika-liku. Sekarang pun terserah padanya, yang hanya dapat ia lihat adalah seorang pria dengan jubah hitam yang juga bertopi, berdiri tepat di belakangnya. Jimmy membatin seraya meminta maaf. Ia menyesal dan merasa bersalah. Apakah ia memang harus seperti itu?
...
Seolah membuka mata dari sisi yang berbeda. Jimmy perlahan bergerak entah ke mana ia tidak tahu. Melangkah entah ke mana pun ia tak paham. Hingga saat ia memejamkan mata tepat saat tengah malam. Kembali, matanya menitikkan air. Berpikir, dosa apa yang telah ia lakukan selama ini.

Dan ketika pagi mulai menyapa, terasa tak ada sedikit pun semangat dalam dirinya untuk menggerakkan tubuh yang perlahan menjadi lemah. Sungguh seandainya ia dapat mencegah sahabatnya yang saat itu berlalu dari hadapannya, mungkin masih ada secercah cahaya di dalam matanya, hanya untuk memberikan kabar bahwa tak seharusnya ia larut dalam pekatnya masa lalu. Seandainya ia dapat meraih tangan sahabatnya di kala itu. Mungkin semua cerita akan berbeda.
...
Jimmy tumbuh besar dengan segala prinsip yang ia miliki. Ia seorang lelaki yang jarang berbicara, namun bukan berarti ia tak punya sesuatu untuk diceritakan. Namun setidaknya, selama bertahun-tahun ia telah menyadari pribadinya sendiri.

Saat masih berumur belasan tahun, Jimmy begitu terobsesi dengan sepak bola. Selalu di sore hari ia wajib bermain bola dengan teman-temannya. Karna jika tidak, ia tak kan semangat berangkat ke sekolah esok harinya. Bahkan di saat hujan dan badai pun, Jimmy tak menghiraukan itu. Pasti dengan diam-diam ia keluar dari rumahnya, berlari di tengah hujan menuju lapangan, dan mulai mengolah si kulit bundar bersama rekan-rekan yang sudah menunggunya.

Obsesinya terhadap sepak bola itu jelas. Jimmy tidak hanya suka bermain, ia juga gemar mengoleksi baju bola. Dari semua klub yang ada, tak ada satu pun yang terlewati baginya untuk mengoleksi jersey bola. Dan jika ada jersey baru, ia selalu menyisihkan uang jajanannya hingga menahan lapar di sekolah hanya untuk membeli baju bola. Dua hal ini setidaknya cukup memberikan gambaran betapa Jimmy begitu menyukai sepak bola.

Jika ada satu hal yang sangat ia sesali, itu adalah Jimmy tak pernah sekalipun lolos seleksi tim sepak bola di sekolahnya. Sebanyak tiga kali ia mencoba, dan semuanya berakhir dengan kegagalan. Hingga membuatnya putus asa dan tak berguna. Ya, di dalam hati ia mencaci dirinya,

"bodoh, apa gunanya selalu bermain bola di sore hari jika tak pernah lolos seleksi. Dasar pecundang." Jimmy membatin.

Untuk urusan obsesi, tidak hanya sepak bola, mungkin ada banyak hal lainnya. Namun ia tak pernah menyadarinya. Maklum, untuk anak berusia belasan tahun, Jimmy masih menjalani hari-hari layaknya debu yang ditiup angin. Ke mana pun arah angin itu, maka debu pasti akan ikut bersama.

Obsesi. Jimmy pernah merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dan itu adalah cinta. Lelaki polos yang seringnya menghabiskan waktu istirahat hanya di kelas, atau terkadang menyoret-nyoret buku tulisannya di sebuah bangku panjang di depan kelasnya. Terlihat jelas, Jimmy berbeda dengan kebanyakan lelaki lainnya.

Untuk urusan cinta, Jimmy bukanlah lelaki yang mudah untuk jatuh hati. Dan oleh karena itu ia memilih untuk tidak terlalu bergaul dengan wanita. Namun ketika ia mulai jatuh cinta, batinnya bergetar. Seolah-olah cinta itu adalah sepak bola. Ya, ia dapat melakukan apa saja demi seorang wanita yang ia cintai.

Jimmy, dikenal sebagai lelaki aneh oleh teman-temannya. Di saat rekan-rekannya memiliki satu pasangan, dan dengan mudah mereka bisa mendapatkannya. Hal ini tidak berlaku bagi Jimmy. Ia merasa bingung apa yang harus ia lakukan ketika hatinya bergetar melihat seorang wanita yang ia kagumi.

Maka sehari-hari ia menyempatkan diri untuk dapat menatap wanita pujaannya, walaupun dari kejauhan. Sering ia mencari tau akan wanita yang ia kagumi dengan bertanya-tanya kepada teman-temannya tentang si 'dia'. Tentu dengan cara yang tidak membuat teman-temannya curiga.

Dan secara perlahan, Jimmy mulai tau apa-apa saja yang disukai dan yang tidak di sukai oleh wanita pujaannya. Dan secara tak sadar, Jimmy mulai mengikuti kebiasaan wanita yang ia dambakan. Mulai dari hobi, jajanan di sekolah, ataupun tempat nongkrong ketika istirahat. Jimmy terbawa kepada hal-hal yang tak ia sadari.

Sejak usia belasan tahun hingga dewasa, Jimmy sudah beberapa kali jatuh hati kepada wanita yang berbeda. Namun tak satupun dari mereka berhasil didapatnya. Hingga suatu waktu membuatnya berpikir, kenapa setiap kali ia menyukai wanita pasti ujung-ujungnya berakhir tak seperti yang diinginkan.

Seringnya Jimmy bertindak lambat hingga wanita yang ia sukai keburu ditikung oleh orang lain. Atau, wanita yang ia sukai sudah terlanjur memiliki pacar, maka mau tak mau ia harus pasrah.

Namun dibalik itu semua, bukan berarti Jimmy tidak berusaha sama sekali. Obsesinya terhadap seorang wainta yang ia dambakan, menjadi bukti bahwa ia memang pernah berusaha untuk mendekat. Walaupun usahanya itu tak pernah sekalipun diketahui oleh yang bersangkutan.

Maka ujung-ujungnya sama seperti sepak bola, yang selalu bermain bola di sore hari dengan harapan dapat lolos seleksi tim sepak bola di sekolahny. Kisah cinta Jimmy juga berakhir demikian. Dari setiap usaha yang telah ia lakukan, namun pada akhirnya ia harus rela melihat wanita incarannya jalan bersama lelaki lain.

Dan sakit, memang. Sangat sakit. Karena, apa-apa yang telah ia lakukan tak pernah membuahkan hasil. Jimmy, hanya menyiksa batinnya sendiri. Dan itu terus menerus berulang hingga pada akhirnya ia menjadi sedikit bijak dalam menghadapi situasi ini. Tapi, Jimmy masih belum berhenti jatuh hati kepada wanita lain. Namun, masih dengan caranya sendiri.
...
Semakin hari, Jimmy semakin dewasa. Dan caranya dalam menghadapi masalah pun mulai terasa ada perubahan. Kini tanpa takut ia berani berdalih,

"aku hanya akan menyatakan cinta pada seorang wanita saja. Karna, dalam hidupku ini, aku hanya ingin mencintai satu saja dan dia juga mencintaiku. Dan apapun yang terjadi, aku tetap pada pendirianku."

Jimmy mulai memahami sesuatu dalam dirinya. Itu adalah sebuah prinsip yang telah ada dalam hatinya sejak dulu. Namun baru ia sadari saat usianya beranjak dewasa. Tapi, apakah ia serius? Hanya ingin menyatakan cinta kepada satu wanita saja? Bagaimana Jimmy begitu yakin dengan prinsip ini? Apa yang membuatnya berpikir jika cinta itu terlalu sempit?

Tapi Jimmy memang benar-benar melakukannya. Ya benar. Ketika ada sesosok wanita anggun berdiri di hadapannya. Yang sorot matanya membuat Jimmy tak berkutik. Yang senyumannya bak mawar merah jelita. Cukup membuatnya terpaku tak bersuara.

Maka ketika malam tiba, selalu sebelum tidur Jimmy membayangi wajah wanita itu. Begitu indah, begitu anggun, begitu mempesona hingga jantungnya berdegup tak karuan. Hingga wanita itu hadir dalam mimpinya. Hingga esok hari dara itu memanggil Jimmy.

Petang tiba, dengan begitu banyak pertanyaan singgah di hatinya, hanya satu yang terus terngiang di dalam benaknya,

"Tuhan, apa aku kini menyukainya?"
Begitulah Jimmy bertanya-tanya.

Dan ia simpan baik-baik nama wanita itu. Dan kembali dengan kebiasaannya. Jimmy mulai terobsesi terhadap perempuan anggun itu. Ya, apapun itu, selalu ia mencari tau tentang hal yang disukai dan dibenci oleh dara itu.

Dan Jimmy tak mau tau, sejauh mungkin ia pendam rasa ini agar si jelita tak pernah tau jika Jimny mengagumi sosoknya.

Hingga dua tahun berlalu, Jimmy seperti yakin jika wanita jelita itu adalah titipan Tuhan untuknya. Perlahan dan pasti, hatinya mulai bergetar dan memintanya untuk segera menyatakan isi hati yang sudah lama terperangkap.

Tapi Jimmy terlalu bingung dan takut jika seandainya ia menyatakan cinta, ternyata wanita itu bukanlah cinta sejatinya. Jimmy takut setelah ungkapan hatinya tersalurkan, ia malah menyakiti wanita itu dengan menyukai wanita lainnya.

Maka, sekuat mungkin ia menahan keinginannya. Hingga rasanya begitu menyakitkan, hingga ia tak bisa melihat sedikitpun cahaya hatinya. Karena, wanita jelita itu kini telah milik seseorang.

Jimmy begitu terpukul. Ia benar-benar terjatuh. Setelah begitu lama terobsesi dengan si jelita, yang dulunya wanita itu telah benar-benar ada di hadapannya. Semua harus berakhir sirna dalam tatapan Jimmy.

Lalu Jimmy bertanya pada dirinya sendiri, apa semua sudah berjalan sebagaimana mestinya? Apa prinsipnya itu benar? Apa yang telah ia pilih pada saat itu tepat? Seberapa banyak pertanyaan yang ia ajukan, tak satupun terjawab.

Dan Jimmy merasa begitu sulit menghadapi kenyataan. Resah, bingung dan marah terus meliputinya. Entah apa yang merasuki Jimmy. Namun jelas bahwa, ketika ia terobesi, Jimmy telah berada di sisi lain dengan menjelma menjadi sosok pribadi asing di dalam hatinya.
...
Dua Sisi

Jimmy tak pernah menyadari bahwa di saat ia terobsesi dengan sesuatu, ia telah berubah menjadi pribadi lain. Itu bukanlah sosoknya dan tentunya bukanlah karakternya. Maka, sebenarnya Jimmy telah menjelma menjadi orang lain saat ia terobsesi dengan wanita yang ia cintai. Tapi ia tak pernah menyadari itu. Tidak sedikitpun.

Lalu, apakah ia tidak belajar? Jelas Jimmy belajar dari sesuatu yang pernah menimpanya. Tapi untuk menyadari ia telah terjatuh di lubang yang sama, itu sesuatu yang mungkin sulit disadari olehnya.

Waktu berlalu dan membawanya kepada sosok wanita lain. Jimmy mengenal wanita ini sebagai sesosok syahdu. Kenapa syahdu? Karena bola matanya yang pernah membuat Jimmy menjadi sejuk. Dan karena ukiran senyumannya yang tenang dan teduh saat ditatap. Begitulah gambarannya.

Seperti sebelumnya, Jimmy bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia pun kembali bertanya,

"Tuhan, apa kini wanita syahdu itu yang akan Kau titipkan padaku?"

Namun kali ini, obsesinya malah makin menjadi-jadi. Jimmy benar-benar menjadi sosok lain di mana ia betul-betul berusaha menjadi seperti apa yang wanita itu sukai. Bahkan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sekalipun.

Tapi obsesinya kali ini membuatnya lebih berani untuk beraksi. Entah bagaimana ia menetapkan wanita syahdu ini di dalam hatinya. Tapi tepat di angka ke-19, Jimmy melalukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan seumur hidup. Ia menyatakan cintanya kepada wanita syahdu ini.

Jimmy seakan percaya, wanita ini benar-benar ditakdirkan oleh Tuhan untuknya. Dan dari segala usaha yang telah ia lakukan, juga dari setiap pembuktian yang ia tampakkan, Jimmy merasa bahwa ia menyukai wanita ini bukan karena nafsu belaka dan juga bukan karena untuk bersenang-senang saja. Intinya adalah, Jimmy begitu yakin mereka akan saling mencintai.

Lalu apa yang terjadi? Sungguh yang terjadi adalah wanita syahdu ini berlalu dari hadapan Jimmy. Melangkah memburu dan menerjang cahaya kegelapan. Semakin pudar, semakin hitam.

Jimmy pun terhenyak. Tak percaya. Apapun yang telah terjadi, semua kini membawa Jimmy menyadari sesuatu.

"Kau melihat ia berlalu. Kau melihat ia semakin pudar. Apa yang kau tunggu? Kau telah hancur. Kau telah usai. Apa lagi yang kau harapkan? Maka lupakan saja. Tapi itu jika kau mau."
...
Jimmy Si Dua Sisi

Saat wanita syahdu itu berlalu dari Jimmy. Satu-satunya pilihan adalah melupakannya serta mengikhlaskan semua. Tapi di sini awal mula Jimmy berbelok dari sosok pribadinya.

Ia mulai keras kepala untuk terus membuktikan bahwa ia benar-benar mencintai wanita syahdu itu. Dan ia tak ingin mencari wanita lain karena ia sudah menyatakan cinta kepada dara syahdu tersebut.

Lalu apa yang terjadi? Jimmy menjelma menjadi sosok lain. Hingga pada akhirnya, niatnya yang ingin mempertegas bukti cintanya, berakhir pada rasa kecewa terhadap wanita syahdu ini.

"Jimmy, berulang kali ku katakan, hapuslah aku dari kehidupanmu. Bukankah seharusnya saat aku berjalan berlalu dari hadapanmu, itu sudah cukup memberimu jawaban yang jelas?"

Wanita syahdu itu menangis di dalam hati saat ia telah meminta berulang kali kepada Jimmy untuk berhenti, berhenti dan berhenti. Hingga pada akhirnya ia kecewa. Hatinya remuk. Hilang kesabarannya. Semua menjadi tatapan amarah yang ia tujukan kepada Jimmy.

Tapi Jimmy tetap bersikeras,

"Engkau yang syahdu, seberapa bencinya dirimu kepadaku, ketahuliah bahwa aku selalu menyimpan namamu di dalam doaku. Dan bukan karena aku telah terlanjur menyatakan cinta padamu saat itu. Tapi aku tidak pernah sama sekali mengungkapkannya kecuali hanya padamu saja. Maka hari-hari kan berlalu dari hadapan kita. Selama itu pula, aku tak pernah berhenti berharap dan berdoa. Karna mungkin suati hari nanti, ada sebuah jawaban untukku. Maka semuanya menjadi jelas saat segalanya terjawab."

Jimmy pun baru menyadari, ia telah berubah jauh sejak saat itu.
...
Hitam dan Putih

Hitam dan putih adalah dua sisi Jimmy di dalam hatinya. Setelah semua terjadi antara dirinya dan wanita syahdu, perlahan ia merasakan telah berjauhan dengan bayangan putihnya. Sang bayangan putih kini telah berlayar jauh mengarungi samudra, sebagaimana ia berjanji untuk mencari jawaban yang selama ini dicari oleh Jimny terhadap wanita syahdu. Maka dengan berat hati, ia meninggalkan Jimmy seorang diri di pantai yang sunyi.

Sehari-hari bayangan putih ini menahan langkah buruk Jimmy. Kini siapa lagi yang dapat menahannya?

Jimmy pun paham kini ia hidup tak lagi berprinsip. Jelas, ia punya banyak prinsip dalam hidupnya, dulu. Selain prinsip cinta, ada satu prinsip penting yang dulunya tak pernah ia langgar, itu adalah merokok.

Dahulu, Jimmy adalah orang yang tegas terhadap dirinya sendiri. Selalu berkata, "jangan merokok, jangan merokok."

Bahkan ia benci saat ada sahabatnya merokok di dekatnya. Tapi kini? Ia telah melanggar satu prinsip yang paling berharga dalam hidupnya. Jimmy telah berada di satu sisi lainnya. Itu adalah bayangan hitam.

Hitam dan putih, keduanya ada untuk menyeimbangkan batin Jimmy. Namun ketika salah satunya hilang, maka hancurlah hidupnya.

Kini, Jimmy telah keluar dari sosok aslinya. Ia telah terlanjur mendengar bisikan bayangan hitamnya. Di saat bayangan putihnya telah begitu jauh darinya, lalu siapa yang dapat menarik Jimmy kembali menuju sosok aslinya?

Apa semua karena wanita syahdu itu? Entahlah. Jimny terus bersikeras bahwa kini ia baik-baik saja tapi sebenarnya ia tidak demikian.

Tapi Jimmy tetap tak mau menyalahkan wanita syahdu atas apa yang telah ia alami saat ini dan terhadap pilihan apa yang telah ia pilih sekarang ini. Baginya, bayangan hitam sedang membantunya keluar dari rasa bersalah yang ada dalam hatinya terhadap wanita syahdu itu.

Kini bagi Jimmy, bayangan hitam sedang berusaha menghapus segala dosa yang pernah ia perbuat kepada si wanita syahdu, yang di kala itu telah dibuat kecewa dan remuk hatinya oleh lelaki ini.

Maka, saat Jimmy menyadari ia telah menghancurkan satu prinsip berharga dalam dirinya, ia hanya berharap bayangan putih segera kembali dan menariknya keluar dari sebuah jurang kehancuran.

"Aku sendiri tak pernah menyalahkan Jimmy atas apa yang telah terjadi. Semua itu karena ada sebabnya. Bagiku Jimmy sekarang sedang belajar memahami takdir. Ia bisa saja marah dan benci kepada siapapun, tapi dari dalam hatinya, jelas terpancar sebuah aura, ia tentu ingin mengakhiri terjangan badai ini. Ia jelas ingin memperbaiki apa yang telah hancur. Meskipun demikian, jalan yang ia pilih untuk bertahan hidup adalah sesuatu yang rumit. Karena saat ia menghancurkan satu prinsipnya itu, ia akan sulit  untuk memperbaikinya lagi, bahkan saat bayangan putihnya kembali. Tapi doaku jelas ku salurkan untuknya, yang terus berusaha keluar dari situasi buruk ini. Bagiku, kini Jimmy telah berada di sisi bayangan hitam. Tapi aku percaya, hitam tidak selamanya buruk. Jimmy akan kembali menuju pada sosok aslinya dan memperbaiki prinsipnya seperti semula. Seperti itulah ia akan menghancurkan kebiasaan buruknya, merokok.
...

"Maka berjanjilah, saat semua ini usai, mari kita duduk bersama lagi sambil meneguk secangkir kopi tanpa adanya rokok, tanpa rasa gelisah, tanpa rasa gundah, tanpa adanya rasa penyesalan. Dan berjanjilah saat semua tlah usai, genggamlah tangan wanita yang memilih untuk berada di sisimu. Karena dia adalah kekasih abadimu dan akan menggantikan peran bayangan putihmu yang semakin menua.
Aku percaya padamu, Jimmy."
---
-Breaking Reza

Comments