Aku Tak Seharusnya Mati

Foto: pexels.com


Praaangg...

Sebuah vas bunga yang terletak di ruang tamu tepat dia ats meja tiba-tiba saja pecah. Rani terkejut dan bergegas berlari ke sana. Ia lihat Enzy yang sudah berlumuran darah, membanjiri kedua tangannya.


"Ya ampun... Zy kamu kenapa?"

Rani mendekati gadis itu sambil matanya terus mencari sesuatu untuk menahan aliran darah yang masih bercucuran keluar dari tangan Enzy.


"Zy..."

Rani terus memanggilnya, tapi Enzy seolah tak mendengar itu. Mata gadis itu terus menatap vas bunga yang baru saja pecah. Tatapannya kosong.


Rani bergegas ke dapur dan mengambil beberapa helai kain serta pembalut luka. Ia panik, benar-benar panik.


Setelah segala keperluan sudah berada dalam genggamannya, ia kembali menemui Enzy di ruang tamu. Dan tanpa disangka-sangka...


Hahahahahahaha...


Enzy malah tertawa terbahak-bahak. Ia tak berhenti tertawa bahkan sambil menangis. Kejadian ini membuat Rani malah semakin ketakutan. Jantungnya berdebar hebat, bahkan kakinya juga gemetaran.


"Zy..." panggil Rani dengan suara pelan.


Gadis itu pun menoleh ke arah kakak kandungnya ini dengan tatapan menyeramkan. Dalam beberapa detik ia pun mendekati Rani dan...


Aaaaaaakkkkkkhhh...


Rani malah ditusuk oleh adiknya sendiri dengan pecahan vas bunga yang pecah tadi. Entah kapan Enzy memegang pecahan itu. Yang jelas, Rani tak kuasa menahan rasa sakit dari tusukan itu. 


Begitu Enzy mencabut beling kecil itu dari perut kakaknya, di waktu bersamaan darah membasahi hampir seluruh pakaian gadis itu.


"En...zy..."


"Kk ke... kena...pa...?"


Rasa sakit dari tikaman itu seakan menyerang seluruh tubuh Rani. Ia tak kuasa menahannya hingga wanita ini terduduk dalam posisi berlutut. Saking sakitnya, air matanya seakan menitik begitu saja.


Tak lama kemudian Enzy menggorok leher kakaknya dengan pecahan beling tadi hingga tiga kali. Serangan itu membuat Rani kian sekarat. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi walaupun mulutnya terlihat ingin menjerit meminta tolong. Luka di lehernya sangat dalam membuat Rani benar-benar tak berdaya.


Enzy kembali meratapi diri sambil melihat vas bunga yang pecah itu. Dan ia kembali tertawa lepas tak terkontrol. Tangannya sengaja dihantamnya ke sisa-sisa beling tersebut. Terus ia lakukan dengan tertawa.


Selang dua menit kemudian, ia menoleh pada kakaknya yang sudah tergeletak sekarat di lantai. Seketika juga tawanya itu berubah menjadi tangisan yang hebat. Ia menjerit tak karuan seakan baru menyadari bahwa kakaknya itu telah diambang kematian dikarenakan ulahnya.


Tangannya yang berdarah tadi ia gunakan untuk menulis... seperti sebuah pesan. Ia menulisnya di lantai tepat di sebelah Rani tergeletak.


"Kak Rani, maafin Enzy ya. Enzy gak sadar udah buat kakak terluka cukup parah. Maafin Enzy yang aneh ini. Maaf... maaf... maaf..."


Setelah itu, Enzy mencabik-cabik tubuhnya sendiri dengan beling vas bunga itu. Berulang kali ia lakukan hingga dirinya pun terbaring sekarat di sebelah kakaknya.


Dengan kekuatan seadanya, Enzy masih mencoba melakukan sesuatu. Sedangkan darah terus merembes dari perut serta dadanya. Ia lalu menutup mata sambil bergumam dalam hati,


"Terima kasih untuk semuanya, kak Rani..."


Bersamaan dengan itu pula, gadis itu menggorok lehernya tanpa ampun. Percikan darah semakin memerahi lantai di ruang tamu. Hingga di kekuatan terakhirnya, beling yang ia gunakan untuk melukai dirinya sendiri, terlepas dari genggamannya. 

Tubuhnya seolah tak mampu lagi untuk bertahan. Mulutnya pun tak henti-henti memuntahkan darah segar. Enzy berada di antara hidup dan mati. 


***

Enzy adalah seorang gadis berumur 20 tahun. Ia wanita yang cerdas, dan itu disempurnakan lagi oleh parasnya yang cantik, hingga tak sedikit laki-laki yang ingin menjadikan gadis ini sebagai kekasih. 


Sayangnya, kehidupan Enzy berubah drastis saat ia menjadi korban pemerkosaan tiga tahun yang lalu. Aksi ini terjadi ketika ia hendak pulang dari kampus menuju ke rumahnya. Hari sudah gelap dan kampus pun semakin sunyi. 


Saat itulah seorang lelaki bernaman Ben, datang dan langsung membawanya ke sebuah ruangan kosong. Di sanalah lelaki itu melakukan perbuatan jahatnya. 


Singkat cerita, Ben sudah lama menyukai Enzy, ia juga telah berulang kali mencoba merebut hati gadis itu. Namun, Enzy punya pendirian teguh bahwa ia sama sekali tak tertarik pada teman lelakinya tersebut. 


Putus asa, Ben pun akhirnya melampiaskan kekesalannya pada Enzy. Ia merasa tak sepatutnya wanita itu menolak perasaannya. Bahkan Ben menganggap Enzy sama sekali tak mau memahami rasa cintanya.


Setelah kejadian itu, Enzy terus hidup dalam tekanan. Yang membuatnya semakin depresi adalah karena banyak orang yang menyalahkan gadis itu. Ada yang bertanya-tanya kenapa Enzy tidak meminta tolong saat Ben mencoba memerkosanya, atau sekedar melawan lelaki itu. Ada juga yang malah berujar bahwa ia sengaja tidak mau melawan karena dirinya juga menikmati permainan kotor tersebut. Bahkan tak sedikit yang menyalahkan gadis ini sebab ia telah menolak cintanya Ben.


Pertanyaan serta anggapan tersebut membuat Enzy semakin terpuruk. Saat yang ia butuhkan adalah dukungan dan fase penyembuhan dari trauma, tapi malah sebaliknya. Sedangkan Ben malah aman-aman saja. Bahkan ia sama sekali tak dijatuhkan hukuman, padahal keluarga Enzy sudah berulang kali melaporkan kasus ini kepada polisi. Tapi, percuma.


Dan perlahan, hidup Enzy pun berubah. Ia deperesi berat, takut, juga trauma, membuatnya tak ingin lagi bersosialisasi dan terus menetap di rumah. Enzy menyendiri di kamarnya selama dua tahun. Hal ini pula yang mengubah perilaku gadis itu hingga ia stres tak karuan. Kejadian-kejadian aneh mulai terlihat di mana ia sering menangis tanpa sebab, menjerit, dan di saat bersamaan ia juga tertawa terbahak-bahak.


Sejak saat itu Enzy tak diperbolehkan untuk sendirian. Sebisa mungkin keluarganya harus berada di sampingnya. Karena jika tidak, ia pasti akan melukai dirinya sendiri dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Jika tak ada sesuatu di dekatnya, ia akan mengantukkan kepalanya sendiri ke dinding, atau mencakar-cakar wajahnya.


Hidup seperti itu terus berlangsung hingga puncaknya terjadi pada saat vas bunga di ruang tamu pecah. Enzy yang tak sengaja ditinggal sejenak oleh kakaknya, Rani, mulai kehilangan kontrol. 


Ia memecahkan vas bunga dengan tujuan untuk bunuh diri. Tapi, perasaan trauma serta depresi yang telah lama menyelimutinya, membuatnya hilang kendali dan malah melukai kakaknya sendiri.


Setelah tersadar apa yang telah ia perbuat, Enzy merasa sangat bersalah. Tekanan dalam dirinya bergejolak begitu saja hingga pada akhirnya, untuk menebus kesalahannya itu, ia pun memutuskan untuk bunuh diri dengan harapan, Rani kakaknya, masih dapat diselamatkan.


Kejadiannya cepat. Saat itu memang kedua orang tua Enzy sedang tidak berada di rumah. Beruntungnya, beberapa tetangga mengetahu kejadian tersebut dan langsung membawa adik kakak ini ke klinik terdekat.


Beruntung, Rani selamat walaupun harus menerima banyak jahitan di perut dan lehernya. Namun sayangnya, Enzy meninggal dunia. Luka yang menyait serta banyaknya darah yang berlumuran dari dalam tubuhnya menjadi penyebab nyawa gadis itu tak bisa diselamatkan lagi.


Yang seharusnya Enzy pulih dari segala rasa trauma dan depresi, yang seharusnya ia mendapat perlindungan dari orang-orang sekitar, yang seharusnya ia mampu kembali menjalani kehidupan normal; ia adalah korban yang tak dianggap. 

 

Enzy tak seharusnya mengakhiri hidup dengan cara seperti itu

***


"Aku Enzy, wanita yang telah lama remuk kehidupannya. Aku Enzy, gadis yang telah dilecehkan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Saat aku ingin hidup bebas sesuai arah hatiku, mereka menghancurkannya. Saat aku butuh perlindungan, mereka malah semakin mrnjatuhkanku. Yang aku ingin adalah keadilan, tapi tak satupun yang mau mendengar. Aku adalah Enzy, korban yang tak dianggap. Apa aku memang pantas berakhir seperti ini?"


-Breaking Reza

Comments