Maukah kau ku perkenalkan seorang lelaki?
Lelaki yang tak tau arah tujuan
Dan penuh dengan kebodohan
Kini kau lihat ia di sana
Terduduk manis entah menanti apa
Sungguh bukan kebohongan
Ceritanya unik
Hingga membuat semua orang menertawainya
Atas segala hal yang diperbuatnya
Ia orang yang tak berenca
namun bukan berarti tak ada rencana
Semua yang telah dilihat
Begitu saja ia lepas
Seolah tak memiliki beban
Namun kebodohan menutupi matanya
Jika ia telah dinanti sebuah tantangan
Yang ia sendiri pun tak mengerti
Lalu suatu hari ia punya tujuan
Hebat dan menarik
Namun ia sendiri tak mengerti tujuannya apa
Hingga ia menyia-nyiakan apa yang ada
Lalu ia menyesali
Setelah ia tersadar
Tak seharusnya ia sia-siakan
Namun tak juga dirinya terbangun
Dari kebodohannya itu
Bahkan dari kejauhan kau bisa merasakan
Mulutnya tak sejalan dengan hati dan pikirannya
Hanya semangat membara
Namun tak tau cara menggerakkannya
Kau lihat secangkir kopi itu
Hitam dan seperti tak bermakna
Itulah apa yang bisa ia lakukan
Terjatuh berulang kali di lubang yang sama
Karna ia menganggap dirinya hebat
Mengkhayal dan melayang di langit
Seolah cita-citanya telah sampai
Namun ketika ia tersadar
Aku tau cara menertawainya
Namun ia tau kapan saatnya menangis
Membuatku tersadar apa yang dipikulnya
Terlihat sebuah harapan pada dirinya
Untuk mendapatkan jawaban yang ia butuhkan
Kebodohannya ada
Untuk mengetahui apa kekurangannya
Agar ia tak sombong dengan kelebihan yang dimilikinya
Maka, matahari terbit membawa berita padanya
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu
Sungguh ku terkagum
Setelah ia menulis secarik surat
Tentang sebuah pertanyaan hidupnya
Ditujukan untuk Tuhan yang maha penyayang
Kasih sayang dan cinta
Masih membuatnya kuat
Dan tak peduli siapa saja yang menertawainya
Esok ia kan pergi meninggalkan sejuta kenangan
Tak cukup waktu tuk menempuh
Hingga kopi mengotori baju putihnya
Tak pernah ia dapatkan jawaban
Sebelum ia menggerakkan tubuhnya
Maka tinggalkan lembaran koran itu
Kuatkan ikatan tali sepatumu
Siapkan ransel kesukaanmu
Aku dan mereka ada untuk membantumu
Menemukan jawaban yang bercahaya itu
Tak perlu khawatir
Karna ia seorang yang bodoh
Menyudahi harinya dengan kepala tertunduk
Namun ia masih ingin belajar
Lelaki yang tak tau arah tujuan
Dan penuh dengan kebodohan
Kini kau lihat ia di sana
Terduduk manis entah menanti apa
Sungguh bukan kebohongan
Ceritanya unik
Hingga membuat semua orang menertawainya
Atas segala hal yang diperbuatnya
Ia orang yang tak berenca
namun bukan berarti tak ada rencana
Semua yang telah dilihat
Begitu saja ia lepas
Seolah tak memiliki beban
Namun kebodohan menutupi matanya
Jika ia telah dinanti sebuah tantangan
Yang ia sendiri pun tak mengerti
Lalu suatu hari ia punya tujuan
Hebat dan menarik
Namun ia sendiri tak mengerti tujuannya apa
Hingga ia menyia-nyiakan apa yang ada
Lalu ia menyesali
Setelah ia tersadar
Tak seharusnya ia sia-siakan
Namun tak juga dirinya terbangun
Dari kebodohannya itu
Bahkan dari kejauhan kau bisa merasakan
Mulutnya tak sejalan dengan hati dan pikirannya
Hanya semangat membara
Namun tak tau cara menggerakkannya
Kau lihat secangkir kopi itu
Hitam dan seperti tak bermakna
Itulah apa yang bisa ia lakukan
Terjatuh berulang kali di lubang yang sama
Karna ia menganggap dirinya hebat
Mengkhayal dan melayang di langit
Seolah cita-citanya telah sampai
Namun ketika ia tersadar
Aku tau cara menertawainya
Namun ia tau kapan saatnya menangis
Membuatku tersadar apa yang dipikulnya
Terlihat sebuah harapan pada dirinya
Untuk mendapatkan jawaban yang ia butuhkan
Kebodohannya ada
Untuk mengetahui apa kekurangannya
Agar ia tak sombong dengan kelebihan yang dimilikinya
Maka, matahari terbit membawa berita padanya
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu
Sungguh ku terkagum
Setelah ia menulis secarik surat
Tentang sebuah pertanyaan hidupnya
Ditujukan untuk Tuhan yang maha penyayang
Kasih sayang dan cinta
Masih membuatnya kuat
Dan tak peduli siapa saja yang menertawainya
Esok ia kan pergi meninggalkan sejuta kenangan
Tak cukup waktu tuk menempuh
Hingga kopi mengotori baju putihnya
Tak pernah ia dapatkan jawaban
Sebelum ia menggerakkan tubuhnya
Maka tinggalkan lembaran koran itu
Kuatkan ikatan tali sepatumu
Siapkan ransel kesukaanmu
Aku dan mereka ada untuk membantumu
Menemukan jawaban yang bercahaya itu
Tak perlu khawatir
Karna ia seorang yang bodoh
Menyudahi harinya dengan kepala tertunduk
Namun ia masih ingin belajar
Comments
Post a Comment