Waktu silih berganti
Detik pun berlalu
Semua pergi tanpa meninggalkan jejak
Hanya ukiran senja yang membuatku terhenti
Sejenak
Kisah yang saat itu pernah ada
Dan ku mulai dengan sejuta harapan
Lenyap
Seakan memang tak dapat dilanjutkan
Kini pun berdebu
Tak pernah ingin ku mengukir janji
Tak juga pun ingin ku berandai
Aku terpaku
Namun bukan tuk beralasan
Saat kau membuka mata
Dan memulai segalanya dengan harapan
Tapi ada beberapa yang tak dapat kau raih
Seperti itulah aku terjatuh
Saat ku hendak menciptakan langkahku
Melewati hari-hari
Perlahan kian sulit
Termenung tak mengerti
Saat aku mencoba menyapa dengan senyuman
Bisakah aku merasakan seperti apa yang mereka rasakan?
Bisakah aku melihat diriku sebagaimana mereka melihat diri mereka?
Sungguh ku ingin
Tapi ku tak tau
Terkadang ku berdoa
Terkadang ku bersajak
Di penghujung hari
Masih dengan selembar kertas putih
Tanpa sedikitpun noda
Tapi
Maukah kau merasakan apa yang ku rasakan?
Maukah kau mengetahui apa yang ku pendam?
Agar kau paham alurnya
Agar kau mengerti bisikannya
Aku tak bermaksud
Melihatmu menderita
Menyimak tiap irama tangisanmu
Aku ada karna kau pun ada
Untuk menjalani hidup ini dengan semestinya
Kau yang terus mengukir
Berlalu dalam badai
Menanti walau kesepian
Aku seharusnya merasakan apa yang kau rasakan
Ego kita adalah musuh
Yang nyata
Yang berbahaya
Terkadang aku tetap tak mengerti
Karna ku masih terpaku
Bukan janji yang ingin ku ukir
Bukan rayuan yang ingin ku katakan
Tapi aku bisa merasakannya dari dalam
Cahaya cinta yang tertuju padamu
Tapi,
Akankah kau meraihnya?
Bisakah kau merasakannya?
Saat kau melihatku bersamamu
Saat aku mencoba memulai segalanya
Aku sadar kini ku mulai goyah
Aku pun mengerti begitu banyak mawar jelita di sana
Aku bisa memetiknya
Tapi aku cinta
Bukan bermaksud untuk bermain
Aku cinta
Untuk mengukir kisah bersama
Dalam sebuah buku harian
Hingga kita mengakhirinya
Dengan semestinya
Maukah kau,
Jika sekali lagi
Aku kembali menyatakannya?
Wahai sinar senja
Comments
Post a Comment