Entah Sampai Kapan

Breaking Reza

Entahlah,
Entah sampai kapan ia menanti
Namun jawaban yang pasti
Telah dalam genggaman
Untuk mengajarinya arti keikhlasan

Bercerita tentang masa lalu
Aneh terdengarnya
Bisakah ia kembali mencoba
Melawan rasa gelisah di dalam hati

Entahlah,
Entah apa yang membawanya seperti itu
Terlihat segalanya sudah tertutup
Namun hatinya tetap memberontak
Seakan-akan nama itu adalah yang tepat
Baginya

Saat sang bayangan bahkan lelah
Menasehatinya dengan bijak
Apa yang selama ini ia cari
Adalah sesuatu yang tidak pasti

Dahulu,
Ia adalah seorang
Yang mampu menaklukkan dua benua
Dengan kedua kakinya
Hebat
Tapi masih tetap menangis

Kini,
Ku cium keningnya
Ku peluk tubuhnya
Untuk ku rasakan
Apa sebenarnya kesedihannya itu

Namun ia tetap berlalu
Kini dengan beraninya ingin menaklukkan samudra
Entahlah,
Aku masih tetap tak mengerti

Adakah di sana jawaban
Yang selama ini ia nantikan?
Jika pun demikian
Tetap saja nantinya
Air mata berjatuhan

Cahaya hatinya mulai meredup
Ukiran bibirnya mulai takut
Adakah yang harus ku lakukan
Agar ia kembali gagah seperti dahulu

Pundaknya tak kuasa menahan beban
Hatinya yang terus memberontak
Adakah sesuatu yang harus ia lupakan?
Sebagai pertanda nama itu bukan miliknya

Mencoba menatap langit
Dengan hiasan sinar fajar yang perkasa
Mendengar setiap hembusan angin
Bukankah mungkin kini ia telah terjatuh?

Entah sampai kapan
Air matanya terus bercerita
Tentang keinginannya yang terus berlalu
Apakah kini ia telah berakhir?

Mawar merah itu sudah berlalu
Karna ia tau
Warnanya terlalu indah untuk ia miliki
Maka persinggahannya kepada sebuah nama
Adalah alasan baginya
Ia tidak sanggup menggenggam mawar

Bisakah sekali lagi saja
Jika pintu bahtera itu masih terbuka
Biarkan ia berada di sana
Untuk menaklukkan samudra
Mungkin di sanalah jawaban
Yang selama ini ia tunggu

Tapi aku mengerti,
Ia takkan sanggup menerjang badai di lautan
Ia takkan mampu melawan monster samudra
Karna pasti ia akan tenggelam
Bersama kenangan dan harapannya

Lalu, suatu hari
Pasti aku akan terduduk di pantai
Termenung
Karna saat itu aku tidak lagi melihatnya kembali

Maka beriringan dengan terbenamnya matahari
Biarkan aku yang melanjutkan luka batinnya
Biarkan aku yang menebus segala dosanya

Karna mungkin aku yang dapat menghapus air matanya
Yang berkilau dan tak berhenti terukir di wajahnya
Yang penuh dengan rasa gelisah

Dan entahlah
Entah sampai kapan ini akan berlalu
Semua cita-cita dan keinginannya
Tersimpan rapat dalam sebuah buku harian
Kini telah berdebu

Maka dengan cahaya yang ku miliki
Biarkan doa yang ku berikan padanya
Untuk berjuang melewati samudra perkasa
Hingga ia menemukan jawabannya di sana
Dengan air mata bahagia

Dan berakhirlah perjalanannya
Saat itu
Dan saatnya pun baginya menutup buku harian
Tentang air mata

Di saat kita masih tetap percaya
Di saat itu pula kita akan terus kuat
Maka percayalah
Sebagaimana aku percaya pada doaku ini
Nama itu mengajariku arti keihklasan

Comments